by John Andhi Oktaveri - Bisnis - Espos.id Dunia - Senin, 8 Februari 2021 - 09:38 WIB
Esposin, JAKARTA -- Gletser di Pegunungan Himalaya longsor dan menyebabkan gelombang air berkecepatan tinggi hingga menyapu sebuah bendungan dan merusak infrastruktur lainnya.
Sekitar 130 orang di India utara dikhawatirkan meninggal dunia akibat bencana di Pegunungan Himalaya tersebut.
Misi penyelamatan mulai menemukan banyak mayat yang hanyut ketika gelombang air, lumpur, dan batu menyapu jurang sempit di distrik Chamoli, di negara bagian Uttarakhand, Himalaya.
Baca juga: Alisson Bikin Blunder Saat City Bantai Liverpool 4-1 di Anfield
Baca juga: Alisson Bikin Blunder Saat City Bantai Liverpool 4-1 di Anfield
Tujuh mayat ditemukan kemarin malam, tetapi 125 orang lainnya masih hilang seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (8/2/2021).
Komisi manajemen krisis nasional (NCMC) India melaporkan banjir di sepanjang lembah Himalaya disebabkan oleh gletser gunung yang sebagian pecah ke sungai Rishiganga. Akibatnya, terjadi kenaikan dramatis permukaan air di bagian hulu.
Baca juga: 10 Berita Terpopuler : Lalu Lintas Sragen Tetap Ramai Saat Jateng di Rumah Saja
Para aktivis dan penulis lokal juga menyalahkan pembangunan yang intensif di sepanjang sungai Uttarakhand dan kawasan pegunungan.
Akibatnya, kestabilan wilayah Himalaya yang secara ekologis terganggu mengakibatkan peristiwa cuaca yang lebih ekstrem.
Diketahui, ada 550 proyek bendungan dan pembangkit listrik tenaga air di negara bagian Uttarakhand dengan 152 proyek bendungan besar. Lokasinya berada di daerah yang terkena banjir bandang kemarin.
Pembangunannya dilakukan dengan peledakan batu dan pembuangan lumpur dan puing-puing ke perairan.
Ridayesh Joshi, penulis buku Rage of the River yang berisi soal insiden banjir serupa di Kedarnath, Uttarakhand, pada 2013 yang merenggut hampir 6.000 nyawa, mengatakan para ahli dan aktivis telah mempertanyakan proyek bendungan dan jalan tersebut.
“Di kawasan Himalaya ini, terdapat 10.000 gletser besar dan kecil, sehingga kita harus sangat berhati-hati dalam membangun proyek pembangunan di kawasan yang rentan secara ekologis ini, terutama karena perubahan iklim membuatnya semakin rapuh,” kata Joshi.
Baca juga: Selamatkan Dokter Richard Jadi Trending Topic, Siapa dan Ada Apa?
Dia mengatakan pemerintah ingin mengeksploitasi tenaga air untuk pendapatan dan memberikan persetujuan untuk semua proyek bendungan besar ini di setiap sungai.
Hanya saja, hal itu dinilai melanggar undang-undang lingkungan.
“Kami tidak dapat mengatakan bahwa proyek-proyek ini sepenuhnya menjadi penyebab bencana terbaru ini, tetapi mereka jelas merupakan salah satu faktor yang berkontribusi,” katanya.