by Evi Handayani Jibi Solopos.com - Espos.id Dunia - Selasa, 28 April 2015 - 12:30 WIB
Esposin, NEPAL — Gempa berkekuatan 7,9 SR yang terjadi di Nepal, pada Sabtu (25/4/2015) lalu menewaskan ribuan jiwa. Namun begitu, Pemerintah Nepal dianggap lambat bergerak.
Sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (28/4/2015) pagi, korban tewas akibat gempa di Nepal mencapai 4.010 jiwa, dengan 7.598 korban luka. Sementara itu, Dilansir CNN, Selasa siang, korban tewas bertambah hingga 4.400 jiwa dan lebih dari 8.000 orang mengalami luka-luka.
Terkait dengan itu, warga Nepal korban gempa bumi mulai putus asa dan marah karena merasa Pemerintah Nepal tidak tanggap darurat.
Terkait dengan itu, warga Nepal korban gempa bumi mulai putus asa dan marah karena merasa Pemerintah Nepal tidak tanggap darurat.
"Pemerintah tidak melakukan apa pun untuk kami," ujar Anil Giri bersama 20 relawan yang tengah mencari dua temannya di antara puing-puing reruntuhan gedung.
"Kami membersihkan sendiri puing-puing dengan tangan kami," lanjut Anil Giri.
Suplai air bersih sangat terbatas, begitu pula ketersediaan makanan dan listrik. Terkait dengan itu, kekhawatiran tentang wabah penyakit pun muncul. Rasa trauma dan kekhawatiran korban gempa inilah yang semakin menyulut kemarahan mereka kepada Pemerintah Nepal.
Dalam kesempatan berbeda, otoritas Nepal menyadari kurangnya kecepatan mereka dalam menanggulangi akibat bencana gempa bumi yang dahsyat tersebut.
"Tantangan besarnya adalah pemulihan," ujar pejabat Nepal, Leela Mani Paudel.
Serangkaian gempa susulan menyebabkan kerusakan sarana infrastruktur makin parah. Kurangnya dana pemerintah diduga menjadi faktor lambatnya penyaluran bantuan kepada korban gempa yang paling membutuhkan.
Sehubungan dengan itu, Pemerintah Nepal sangat mengharapkan bantuan internasional. Beberapa bantuan dari pihak luar pun mulai berdatangan sejak Sabtu.
"Kami mendorong negara-negara asing untuk mengirimkan bantuan pemulihan dan tim medis. Kami sangat membutuhkan bantuan ahli asing untuk melalui krisis ini," kata Leela Mani Paudel.
Gempa yang dianggap paling mematikan untuk Nepal dalam kurun waktu 81 tahun ini memicu gempa susulan yang mungkin akan menelan korban jiwa lebih banyak.